Awal terciptannya sastra
Berawal pada abad ke-3 SM,
yaitu pada saat Aristoteles ( 384-322 SM) menulis bukunya yang berjudul Poetica
yang memuat tentang teori drama tragedi. Istilah poetica sebagai teori ilmu
sastra, lambat laun digunakan dengan beberapa istilah lain oleh para teoretikus
sastra seperti The Study of Literatur, oleh W.H. Hudson, Theory of Literatur
Rene Wellek dan Austin Warren, Literary Scholarship Andre Lafavere, serta
Literary Knowledge (ilmu sastra) oleh A. Teeuw. Ilmu sastra meliputi ilmu teori
sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra. Ketiga disiplin ilmu tersebut saling
terkait dalam pengkajian karya sastra. Dalam perkembangan ilmu sastra, pernah
timbul teori yang memisahkan antara ketiga disiplin ilmu tersebut. Khususnya
bagi sejarah sastra dikatakan bahwa pengkajian sejarah sastra bersifat objektif
sedangkan kritik sastra bersifat subjektif. Di samping itu, pengkajian sejarah
sastra menggunakan pendekatan kesewaktuan, sejarah sastra hanya dapat didekati
dengan penilaian atau kriteria yang pada zaman itu. Bahkan dikatakan tidak
terdapat kesinambungan karya sastra suatu periode dengan periode berikutnya
karena dia mewakili masa tertentu.
Hubungan sastra dengan kehidupan manusia
Terdapat
hubungan yang erat antara sastra dan kehidupan, karena fungsi sosial sastra
adalah bagaimana ia melibatkan dirinya ditengah-tengah kehidupan masyarakat
(Semi, 1989:56). Melalui sastra, pola pikir seseorang atau kelompok masyarakat
dapat terpengaruh. Karena sastra merupakan salah satu kebudayaan, sedangkan
salah satu unsur kebudayaan adalah sebagai sistem nilai. Oleh karena itu, di
dalam sebuah karya sastra tentu akan terdapat gambaran-gambaran yang merupakan
sistem nilai. Nilai-nilai yang ada itu kemudian dianggap sebagai kaidah yang
dipercaya kebenarannya, sehingga pola pikir masyarakat dapat terbentuk melalui
karya sastra. Keterkaitan antara sastra, manusia, dan masyarakat sangat jelas,
Keterkaitan semuanya terdapat di dalam segala aspek. Karena bagaimanapun juga
sastra dan kehidupan sama-sama membahas dan membicarakan tentang manusia dan
masyarakat. Bagi sastra, masyarakat merupakan faktor terpenting. Sedangkan
Masyarakat merupakan objek vital bagi ilmu sosial. Semua hal itu saling
mempengaruhi sikap masing-masing. Ketikan sastra telah mengemukakan sesuatu
yang benar dalam rekaannya, sedikit banyak akan mempengaruhi sikap sosial dan
ketika sosialitas terus berkembang. Antara sastra dan Perubahan sosial
masyarakat tidak ada yang paling menonjol. Dua hal tersebut saling mendukung.
Sastra bisa timbul karena perubahan sosial masyarakat, bisa juga perubahan
sosial yang ada akibat dari penciptaan sebuah karya sastra.
Hasil karya sastra mempunyai pesan bila menantang
struktur pemikiran, yaitu pandangan dunia yang tidak kita sadari, tetapi yang
menjiwai kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat. Unsur-unsur ini hanya kita
dapati dalam karya-karya pengarang yang unggul dan peka terhadap realitas
sosial budayanya. Sastrawan ini menjadikan kehidupan sosial transparan,
menampakkan rahasia-rahasia suatu kebudayaan yang bersama-sama didukung oleh
para anggotanya beserta dasar-dasar etos yang merupakan ciri khas dalam
kehidupan sehari-hari biarpun dasar-dasar itu tidak begitu manis.
Sastra mempengaruhi kehidupan
manusia
Hasil
karya sastra yang bersifat simptomatis (memaparkan gejala) membuat sadar
pembacanya akan kondisi kemanusiaa meskipun tanpa pretensi memberikan petunjuk
pemecahannya (Kuntowijoyo,1982). Karya sastra menyangkut persoalan individu dan
masyrakat, sehingga penokohannya pun ada yang mewakili grup sosial, ada juga
yang bersifat individu. Dalam karya sastra dialektis-konstruktif, masyarkat
berbeda pada pihak yang benar, dan pribadi menyatu kembali dengan masyarakat.
Sebaliknya dalam sastra dialektis-destruktif, individu memberontak kepada
masyarakat dan menjadi korban kekejamana masyarakat.
Daftar Pustaka:
-https://wahidasputra.wordpress.com/2016/03/29/manusia-dan-sastra/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar